Blogger Widgets

Rabu, 12 Maret 2014

Profil Legenda Liverpool Joe Fagan

Tidak banyak para pendukung Liverpool mengenal sosok manager legendaris bagi Liverpool,Nah untuk kali ini ita tambah ilmu tentang legenda Liverpool,Joe Fagan!!!
Selamat mempelajari!!


Joe Fagan (lahir di LiverpoolInggris12 Maret 1921 – meninggal 30 Juni 2001 pada umur 80 tahun) adalah pesepak bola asal Inggris menjadi manajer Liverpool F.C. dari 1983 hingga 1985. Dia menjadi manajer ketika Liverpool meraih Piala Champion ke-4 pada tahun 1984. Dia meninggal pada tahun 2001, dalam usia 80, setelah menderita peyakit yang cukup lama.
Fagan memulai kariernya sebagai manajer di Nelson F.C. sebagai pemain merangkap manajer, dimana dia membawa klub tersebut juara di musim pertamanya pada tahun 1952. Kemudian dia pindah untuk menjadi manajer Rochdale A.F.C. pada tahun 1954, sebelum bergabung bersama Liverpool F.C. sebagai pelatih pada tahun 1958.
Ketika Bill Shankly berhenti sebagai manajer Liverpool pada tahun 1974, asistennya dan penggantinya Bob Paisley menunjuk Fagan sebagai asistennya. Setelah Paisley pensiun pada tahun 1983, akhirnya Fagan mengambil alih posisi sebagi manajer untuk masa kontrak dua tahun mulai musim kompetisi 1983-1984.
Fagan tidak cukup populer terutama ketika membeli Jan MølbyGelandang Tim nasional sepak bola Denmark yang akhirnya menjadi pemain yang sangat hebat di Liverpool, Fagan menjadi manajer Liverpool pertama yang memenangi 'treble' (tiga tropi utama dalam satu musim kompetisi) bersama klub Inggris. hanya Alex Ferguson dan Gérard Houllier dapat menyamai prestasinya. Tapi Fagan dapat meraih treble di musim pertamanya sebagai manajer Liverpool.
Kontrak awal Fagan sebagai manajer Liverpool hanya selama 2 tahun dan berakhir pada musim kompetisi 1984-1985, dan terlihat bahwa dia tidak ingin meperpanjang kontraknya karena saat itu dia telah berusia 64 tahun.
Pada 29 Mei 1985, hanya beberapa jam sebelum Tragedi Heysel, Fagan mengumumkan bahwa dia akan pensiun, dan penggantinya adalah bintang Skotlandia dan penyerang Liverpool Kenny Dalglish.
Ketika Bill Shankly berhenti sebagai manajer Liverpool pada tahun 1974, asistennya dan penggantinya Bob Paisley menunjuk Fagan sebagai asistennya. Setelah Paisley pensiun pada tahun 1983, akhirnya Fagan mengambil alih posisi sebagi manajer untuk masa kontrak dua tahun mulai musim kompetisi 1983-1984.
Fagan tidak cukup populer terutama ketika membeli Jan MølbyGelandang Tim nasional sepak bola Denmark yang akhirnya menjadi pemain yang sangat hebat di Liverpool, Fagan menjadi manajer Liverpool pertama yang memenangi 'treble' (tiga tropi utama dalam satu musim kompetisi) bersama klub Inggris. hanya Alex Ferguson dan Gérard Houllier dapat menyamai prestasinya. Tapi Fagan dapat meraih treble di musim pertamanya sebagai manajer Liverpool.
Kontrak awal Fagan sebagai manajer Liverpool hanya selama 2 tahun dan berakhir pada musim kompetisi 1984-1985, dan terlihat bahwa dia tidak ingin meperpanjang kontraknya karena saat itu dia telah berusia 64 tahun.
Pada 29 Mei 1985, hanya beberapa jam sebelum Tragedi Heysel, Fagan mengumumkan bahwa dia akan pensiun, dan penggantinya adalah bintang Skotlandia dan penyerang Liverpool Kenny Dalglish.

Prestasi

Pemain
Manajer (semuanya bersama Liverpool)


Selasa, 11 Maret 2014

Hal Unik dari Pemain yang membela Liverpool dan M.united

##Ada Materi baru nih!!! Pemain-pemain yang dianggap legenda di antara klub Liverpool dan M.United,ternyata pernah membela kedua klub di karir sepakbolanya,langsung kita sksikan aja artikel menarkinya!!##
Duel antara Liverpool dan Manchester United selalu berjalan panas. Baik di antara para pemain maupun suporter. Maklum, kedua kubu merupakan tim tersukses di Inggris. Jika ditotal, ada 121 gelar yang sudah mereka menangi sepanjang sejarah (Liverpool: 59, United: 62). Khusus Liga Inggris, tampuk kepemimpinan The Reds dengan 18 trofi juara sudah tergeser oleh The Red Devils (20 trofi).
Meski aroma persaingan sangat kental, bukan berarti tak ada pemain yang pernah memperkuat kedua klub. Pemain seperti Tom Chorlton, Jackie Sheldon, Tom Miller, Fred Hopkin, Tommy Reid, Ted Savage dan Allenby Chilton pernah langsung hengkang dari dan ke kedua klub. Namun hal ini sudah cukup usang untuk dikenang. Nama terakhir bahkan hijrah dari Liverpool ke United pada November 1938.
Karena itu, kami hanya akan membahas sosok yang lebih modern. Inilah lima pemain yang pernah merumput bersama kedua klub. Selamat membaca!
Thomas McNulty
Pemain yang berposisi sebagai bek ini adalah putra asli Manchester. Ia lahir di Salford, Greater Manchester, pada 30 Desember 1929. McNulty mengawali karir profesional bersama Manchester United pada 1949. Tiga tahun kemudian, ia ikut serta membawa United menjadi kampiun Inggris pada musim 1951/1952. Setelah tujuh tahun, ia pindah ke Liverpool dengan biaya 7 ribu poundsterling.
14 LiveMUplayer raw ins1
Di Liverpool, ia mengisi pos bek kiri yang sebelumnya dikuasai oleh Eddie Spicer. Sayang, pengalaman bersama United gagal diterapkan di Anfield. Liverpool turun kasta pada musim 1953/1954. Musim berikutnya, McNulty gagal tampil secara reguler. Hanya 19 kali di level liga karena tergeser Ray Lambert. Walau bertahan selama tiga tahun berikutnya, ia hanya dimainkan lima kali.
Phil Chisnall
Dari sembilan orang yang pernah berganti klub antara Liverpool dan Manchester United secara langsung, Phil Chisnall adalah orang terakhir. Setelah merumput 47 kali dan mencetak 10 gol untuk United sejak melakukan debut profesional 1961, empat tahun kemudian penyerang ini membelot ke Liverpool dengan tebusan 25 ribu poundsterling.
14 LiveMUplayer raw ins2
“Saya hanya bermain sembilan kali untuk Liverpool, salah satunya di Old Trafford ketika kami kalah 3-1. Saya tak bisa mengingat seperti apa sambutan yang saya terima, tetapi tidak ada yang luar biasa. Tidak seperti Michael Owen ketika kembali ke Anfield dan mendapat serangan dari pendukung Liverpool,” jelas Chisnall kepada Daily Mail pada Januari lalu.
Peter Beardsley
Sosok yang satu ini sepertinya lebih dikenal sebagai pemain Liverpool ketimbang Manchester United. Pasalnya, usai diboyong dengan harga 250 ribu poundsterling dari Vancouver Whitecaps pada 1982, Beardsley hanya tampil sekali di Piala Liga kontra Bournemouth. Tak sampai setahun, ia dilepas kembali ke Vancouver dengan status free transfer.
Enam bulan kemudian, Beardsley kembali ke Negeri Ratu Elizabeth untuk memperkuat Newcastle United. Torehan 61 gol dalam 147 laga bersama The Magpies ternyata membuat manajer Liverpool, Kenny Dalglish, kepincut. Gelontoran dana senilai 1,9 juta poundsterling saat itu menjadikan Beardsley sebagai pemain termahal se-Inggris.

Pada September 1990, salah satu momen terbaik sepanjang karir Beardsley bersama Liverpool terjadi. Ketika United datang berkunjung ke Anfield, The Reds mengamuk. The Anfield Gank membantai tim asuhan Alex Ferguson dengan skor 4-0. Beardsley, yang saat itu masih berusia 29 tahun, menyumbang tiga dari empat gol yang tercipta.
Paul Ince
Jauh sebelum bergabung dengan Liverpool, awal karir Paul Ince bersama Manchester United sudah diiringi kontroversi. Saat dibeli dari West Ham United dengan tebusan 1 juta poundsterling, foto Ince mengenakan seragam The Red Devils tersebar luas meski proses transfer belum selesai. Setelahnya, pendukung The Hammers sangat membencinya selama beberapa tahun.
Kejadian tersebut tak sia-sia. Semua terbayar dengan gelimang gelar. Di Old Trafford, Ince tercatat meraih 2 trofi Premier League, 2 FA Cup, 1 League Cup, 3 Charity Shield, 1 European Cup Winners' Cup dan 1 European Super Cup. Pada tahun 1995, ia pergi ke Inter Milan. United menyetujui biaya 7 juta poundsterling yang diberikan I Nerazzurri.

Dua tahun berlalu, Ince ingin kembali ke Inggris karena ingin kedua anaknya tumbuh di negeri sang ayah. United memiliki buy-back option saat menjual sang gelandang ke Inter, tetapi tak ada tawaran dari mereka. Secara mengejutkan, Ince memilih Liverpool. Ia menjadi pemain pertama yang memperkuat Liverpool dan United di era Premier League.
“Saya memiliki enam tahun yang hebat di Old Trafford. Semoga saya akan memiliki enam tahun yang hebat di Liverpool. Saya tak sabar untuk itu. Rasanya aneh berjalan ke lapangan sebagai pemain Liverpool. Biasanya, ketika saya berjalan keluar dari Anfield, saya diserang,” ucap Ince setelah resmi menjadi penggawa The Reds. Sayang, ia hanya bertahan dua tahun dan tak memperoleh satu trofi pun.
Michael Owen
Michael Owen sejauh ini adalah orang terakhir yang pernah bermain bagi Liverpool dan Manchester United. Ketika Owen masih berusia 12 tahun, The Red Devils sebenarnya pernah menaruh minat lewat Brian Kidd, pelatih tim junior United saat itu. Tetapi sang pemain lebih terpikat pada Liverpool. Di tahun 1997, ia berhasil melakoni debut di tim utama The Reds.
Waktu terus berlalu. Owen semakin bersinar. Dari awal milenium baru, kiprah striker bertinggi 173 cm kian cemerlang. Ia merengkuh 1 trofi FA Cup, 2 League Cup, 1 Community Shield, 1 UEFA Cup dan 1 Super Cup dalam rentang waktu 2000-2003. Ballon d’Or pun ia genggam di tahun 2001. Sampai  saat ini, belum ada pemain Inggris lain yang meraih penghargaan individual tersebut.

Sejak tahun 1998, Owen juga selalu mengakhiri musim sebagai top skorer Liverpool. Namun rekor tersebut terhenti ketika Real Madrid memberi 8 juta poundsterling kepada kubu Anfield pada tahun 2004. Langkah ini diyakini banyak pihak sebagai awal kehancuran karir Owen. Ia hanya bertahan selama semusim sebelum kembali ke Inggris dan membela Newcastle United.
Empat tahun berada di St. James Park, Owen tampil 71 kali dan menorehkan 26 gol di Premier League. Pada 22 Juni 2009, Owen mengonfirmasi pada pihak media kalau dirinya tak akan memperpanjang kontrak dengan The Magpies. 12 hari kemudian, Manchester United resmi membawanya ke Old Trafford tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun (free transfer).
Bersama United, Owen setuju menerima bayaran sesuai jumlah pertandingan yang ia mainkan. Sir Alex Ferguson lantas memberikan nomor punggung 7 yang legendaris itu kepada pemain berusia 29 tahun tersebut. Tiga tahun mengabdi, Owen sukses merengkuh gelar yang tak pernah ia raih bersama Liverpool: Premier League. Selain itu, ia juga sempat merasakan trofi League Cup dan Community Shield.

Minggu, 09 Maret 2014

Profil Daniel Agger

PROFIL DANIEL AGGER





Daniel Munthe Agger (lahir di Hvidovre, Denmark12 Desember 1984; umur 29 tahun) adalah seorang pesepak bola profesional berkewarganegaraan Denmark yang saat ini bermain di Liga Inggris bersama Liverpool. Karier profesionalnya dimulai diDenmark bersama Brondby FC pada Juli 2004 dimana dia memenangkan "Liga Super Denmark".
Pada jendela transfer januari 2006, Agger menandatangani kontrak bersama Liverpool. Di Liverpool maupun di timnas Denmark, Agger bermain sebagai bek tengah. Dikenal sebagai pemain yang tangguh, baik dalam mengambil posisi, serta bertenaga dengan kelebihan di kaki kirinya. Agger diproyesikan sebagai pemain bertahan masa depan Liverpool.
Debut tim nasionalnya terjadi pada Juni 2005 saat partai persahabatan melawanFinlandia. Sedangkan gol pertamanya untuk tim nasional Denmark dicetak ke gawang Georgia pada laga kualifikasi Piala dunia 2006. Sejak debutnya, Agger telah bermain sebanayak 18 kali dengan torehan 2 gol untuk Denmark.

Karier klub

Brøndby IF

Daniel Agger bergabung dengan Brøndby IF dari klubnya sejak kecil Rosenhøj BK pada usia 12 tahun, untuk bermain dalam tim junior klub Liga Super Denmark Brøndby IF.
Pada Juli 2004 dia pindah dari tim junior ke dalam tim utama, menyusul kepindahan pemain bertahan Denmark Andreas Jakobsson. Daniel Agger dengan cepat menempatkan dirinya tidak saja sebagai anggota tim utama, namun juga menjadi salah satu komponen penting dalam keberhasilan menjuarai Liga Super Denmark2004-2005. Meskipun berusia muda, dia bermain dengan penguasaan yang baik dengan bimbingan dari kapten Brøndby Per Nielsen, dan setelah bermain selama setengah musim pada tahun pertamanya Agger dianugerahi "talent of the year" tahun 2004 oleh Spillerforeningen (Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional Denmark).
Setelah sukses di Liga Super musim 2004-2005, Agger dipanggil untuk memperkuat tim senior Denmark utnuk pertama kali. Saat itu Denmark berhasil mengalahkan Finlandia 1-0 pada 2 Juni 2005, diaman saat itu dia bermain penuh.
Dipertandingan selanjutnya, Agger hanya menjadi pemain cadangan dan kembali bermain secara penuh saat Denmark berhasil menang 4-1 dalam laga persahabatan melawan Inggris pada 17 Agustus 2005 berpasangan dengan Per Nielsen. Mereka berdua berhasil meredam ketajaman barisan depan Inggris, terutama Wayne Rooney. Dia juga bermain secara penuh dalam 2 pertandingan Denmark berikutnya, sebelum mengalami cedera dalam musim Liga Super Denmark 2005-2006 pada bulan September yang memaksa dia melewatkan musim tersebut. Pada usia 20 tahun, Daniel Agger dianugerahi Olahragawan Denmark paling berbakat pada 6 Desember 2005.

Liverpool F.C.

Sejak lama Agger dihubungkan dengan klub-klub besar, dan pada jendela transfer Januari 2006, Agger akhirnya bergabung dengan klubLiga Utama Inggris Liverpool, yang juga juara bertahan Liga Champion Eropa. Daniel Agger tidak mengikuti perjalanan bersama rekan - rekannya di Brøndby pada kamp latihan musim dingin di bulan Januari dan pada 12 Januari 2006 dia menandatangani kontrak selama 4½ tahun dengan Liverpool. Dengan nilai transfer sebesar £5.8m membuat dia menjadi pemain termahal yang dijual oleh klub Denmark kepada klub asing, serta menjadi pemain bertahan termahal yang pernah dibeli Liverpool waktu itu. (Martin Škrtel menjadi pemain bertahan Liverpool termahal saat ini, dengan harga diperkirakan sekitar £6.5 juta dari klub Rusia, Zenit St. Petersburg
Musim pertamanya bersama Liverpool tidak terlalu sukses, cedera membuat dia hanya bermain sebanyak 4 kali di tim utama sepanjang musim panas 2006. Dia bermain dalam 10 pertandingan dan mencetak 3 gol untuk tim Denmark U-21, dimana dia terpilih untuk bermain dalam Piala Eropa U-21 pada bulan Mei 2006.
Pada awal musim kompetisi 2006-2007, Agger secara penuh saat Liverpool memenangkan Community Shield 2006. Setelah beradaptasi dengan pola permainan sepak bola Inggris, dia menempatkan dirinya dalam tim inti Liverpool, bersaing dengan wakil kaptenLiverpool Jamie Carragher dan mantan kapten asal Finlandia Sami Hyypiä untuk menempati dua posisi bek tengah. Agger mencetak gol pertamanya untuk Liverpool pada 26 Agustus 2006 saat menang 2–1 melawan West Ham United. Gol tersebut memperoleh anugerahGoal of the Month untuk bulan Agustus oleh BBC Match of the Day, da beberapa waktu kemudian juga dianugerahi Liverpool's Premiership Goal of the Season. Pada 4 Oktober 2006 dia mendapatkan anugerah PFA's fan award untuk penampilan yang impresif dan angguh pada bulan September.
Agger mencetak gol keduanya untuk Liverpool dalam pertandingan tandang Piala Liga melawan Birmingham City 7 menit sebelum babak pertama berakhir. Gol ketiganya dicetak saat melawan Arsenal melalui sundulan kepala yang membawa Liverpool menang 4-1 pada 31 Maret 2007. Pada semi-final pertama Liga Champion 2006-2007, Agger mendapat kritik atas kekalahan 1-0 saat berhadapan dengan Chelsea. Di pertemuan kedua, Agger menjawab semua kritik tersebut dengan mencetak gol setelah menerima umpan dari tendangan bebas Steven Gerrard dari luar kotak penalti, dan membuat gawang Liverpool tidak kemasukan gol dan menang 1-0 pada 1 Mei 2007.. Dia ikut berpartisipasi dala final Liga Champion 2007 saat Liverpool kalah 2–1 atas A.C. Milan.




Jumat, 07 Maret 2014

Fakta Unik Tentang Liverpool


Sebagai Seorang Pendukung Liverpool Kita wajib Tahu fakta-fakta apa saja yang tersaji di Liverpool,Oke langsung saja kita pelajari fakta-fakta tentang Liverpool
10.sebagai sebuah klub
sepakbola berawal pada suatu hari di tahun
1892 saat terjadi perselisihan antara Everton
yang menyewa lapangan Anfield dengan John
Houlding yang saat itu menjadi pemilik stadion
Anfield. Houlding ingin menaikkan biaya sewa
dari £100 ke £250 per tahun. Hal itu ditolak
Everton dan mereka akhirnya pindah ke stadion
baru di Goodison Park. Houlding yang tak mau
melihat lapangannya tak terpakai, akhirnya
malah memutuskan untuk membentuk sebuah
tim sepakbola sendiri yang akan memakai
Anfield. Tim baru yang lahir pada 15 Maret 1892
itu akhirnya diberi nama Liverpool Football Club.
9. Liverpool sejak pertama kali terbentuk telah
selalu bermarkas di Anfield. Stadion itu sendiri
dibangun tahun 1884 dan berada di seberang
Stanley Park. Tribun yang paling terkenal di
Anfield tentunya adalah The Kop yang
dinamakan berdasarkan sebuah bukit di propinsi
Kwazulu-Natal, Afrika Selatan bernama Spion
Kop. Bukit tersebut menjadi terkenal karena
menjadi ajang pertempuran antara Lancashire
Regiment yang kebanyakan berasal dari Liverpool
dengan kaum Boer di Perang Boer Kedua. Nama
The Kop itu diberikan oleh editor olahraga
Liverpool Echo Ernest Edwards. Sekarang selain
Liverpool, banyak tim sepakbola lain yang
menamakan tribun mereka The Kop juga. Antara
lain Sheffield United, Leicester City, Coventry
City, dan Sheffield Wednesday.
8. Pada awalnya warna seragam Liverpool
bukanlah merah seperti sekarang ini, melainkan
biru dan putih. Baru sejak 1894, warna merah
mulai digunakan sebagai warna seragam dan
putih untuk celana. Akhirnya sejak 1964, semua
pemain Liverpool mengenakan warna merah dari
seragam, celana, dan kaos kaki. Menurut seorang
legenda Liverpool Ian St. John dalam
otobiografinya, ini terjadi saat manajer saat itu
Bill Shankly merasa merah akan memberikan
keuntungan psikologis bagi mereka. Shankly
makin yakin timnya harus mengenakan warna
merah setelah melihat salah satu pemainnya
Ronnie Yeats terlihat lebih garang dalam
balutan seragam dan celana merah. St. John
kemundian mengusulkan kepada Shankly agar
kaos kakinya juga berwarna merah.
7. Obor yang berada di logo Liverpool sekarang,
ditambahkan untuk mengenang 96 suporter yang
tewas saat Bencana Hillsborough. Kemalangan
itu terjadi pada 15 April 1989 saat
berlangsungnya pertandingan semi-final Piala FA
antara Liverpool dan Nottingham Forest. Terlalu
banyaknya penonton yang hadir membuat
bagian tribun yang diperuntukkan bagi fans
Liverpool menjadi sangat padat dan mereka pun
akhirnya menjadi sangat berdesak-desakan dan
tidak bisa keluar karena masih dihalangi oleh
pagar kawat yang tinggi. Akibatnya banyak yang
mengalami sesak napas dan meninggal.
Pertandingan pun dihentikan enam menit
setelah dimulai karena banyaknya penonton yang
mencoba memanjat pagar untuk menghindari
kepadatan itu. Kejadian ini membuat seluruh
stadion di Inggris diubah menjadi stadion yang
hanya memiliki tempat duduk dan pagar yang
memisahkan penonton dengan lapangan
dihilangkan.
6. Walaupun Liverpool mempunyai sejarah yang
gemilang dengan prestasi mereka di lapangan.
Sebagian diantaranya menjadi ternoda karena
hooliganisme dari para suporternya. Hal itu
menjadi puncaknya pada 29 Mei 1985 ketika
terjadinya Bencana Heysel. Heysel menjadi
stadion tempat dilangsungkannya final Piala
Eropa antara Liverpool melawan Juventus. Satu
jam sebelum pertandingan dimulai, sebagian
besar kelompok suporter Liverpool menerjang
pagar yang memisahkan mereka dengan suporter
Juventus dan kemudian menyerang para fans
Bianconeri. Hal itu membuat para suporter Juve
berlarian mundur untuk menghindari serangan
dan terpojok di tembok stadion. Tembok itu
akhirnya roboh dan menimpa penonton lain yang
berada di bawahnya. Situasi kemudian menjadi
kacau balau, dan wasit memutuskan untuk terus
melanjutkan pertandingan untuk menghindari
kerusuhan lebih lanjut lagi. Peristiwa ini
mengakibatkan hilangnya nyawa 39 orang yang
kebanyakan merupakan suporter Juventus dan
juga skorsing bagi semua klub Inggris untuk
tidak mengikuti semua kompetisi Eropa yang
diadakan UEFA. Skorsing itu akhirya baru dicabut
di musim 1990-91.
5. Ian Callaghan adalah pemain yang tampil
paling banyak bagi Liverpool sebanyak 857 kali
dalam karir yang berlangsung selama 19 musim
di Anfield. Legenda lainnya Ian Rush memegang
rekor sebagai pemain yang paling banyak
mencetak gol bagi Liverpool dengan 346 gol.
Sedangkan Phil Neal merupakan pemain yang
paling banyak menjadi juara di Liverpool karena
ia telah berhasil memiliki medali pemenang
sebanyak 20 buah. Rekor Neal ini juga bertahan
bagi Inggris sebelum dipecahkan musim lalu
oleh Ryan Giggs dari Manchester United.
4. Kemenangan terbesar yang pernah dicatat
oleh Liverpool terjadi pada 1974 saat mereka
menghancurkan Stromsgodset IF dengan skor
akhir 11-0. Tetapi mereka juga pernah tampil
buruk sekali dan mengalami kekalahan terbesar
ketika digebuk Birmingham City 1-9 20 tahun
sebelum kemenangan terbesar Liverpool terjadi.
3. Lagu kebanggaan yang selalu dinyanyikan
para penonton di Anfield dan fans Liverpool di
seluruh dunia berjudul You’ll Never Walk Alone
(YNWA) yang aslinya merupakan sebuah lagu di
drama musikal Carousel . Lagu itu dinyanyikan
pertama kali di Anfield saat band Gerry and the
Pacemakers yang juga berasal dari Liverpool
berhasil mencapai nomor satu di jenjang
tembang berkat lagu itu. Suporter yang ikut
bernyanyi saat lagu-lagu dari jenjang tembang
itu diputar tidak berhenti menyanyikan YNWA
mesikipun lagu itu sudah tidak masuk daftar
lagi. Sejak itulah tradisi menyanyikan lagu
tersebut di Anfield lahir. Lagu yang sama juga
kemudian diadopsi oleh pendukung klub lain
seperti Glasgow Celtic, Hibernian, Feyenoord
Rotterdam, dan FC Twente.
2. Kepemilikan Liverpool sekarang berada di
tangan dua orang Amerika Serikat Tom Hicks dan
George Gillett sejak 6 February 2007 ketika
mereka membeli saham terakhir dari ketua
sebelumnya David Moores. Hubungan antara
Hicks dan Gillett kemudian dilaporkan
memburuk sehingga membuat Dubai
International Capital tertarik untuk menjadi
pemilik Liverpool. Setahun sebelumnya, Liverpool
telah mendapatkan izin untuk membangun
stadion baru di Stanley Park. Tetapi desain
stadion baru itu diubah setelah masuknya Hicks
& Gillett dan kini pembangunan stadion menjadi
tertunda karena adanya krisis finansial yang
melanda global dunia.
1. Kemampuan Liverpool untuk terus bermain
dan pantang menyerah sangat terlihat di dalam
dua pertandingan final yang mereka hadapi.
Saat final Piala FA 2006 melawan West Ham
United berlangsung, Liverpool dengan cepat
tertinggal 1-2 dalam waktu 32 menit pertama.
Skor berubah lagi menjadi 3-2 bagi West Ham
hingga akhirnya kapten Steven Gerrard mencetak
satu gol di menit perpanjangan waktu terakhir
yang merubah skor 3-3 yang harus diakhiri lewat
adu penalti. The Reds akhirnya menjadi juara
setelah kiper Pepe Reina mampu memblok
tendangan penalti 3 pemain West Ham.
Final lainnya terjadi di ajang Liga Champions
2005 melawan AC Milan di Istanbul, Turki.
Menjelang turun minum, Liverpool telah
kebobolan 0-3. Lalu, The Reds mampu
menyamakan kedudukan dengan mencetak tiga
gol juga di babak kedua. Hasil seri itu bertahan
hingga peluit akhir dan memaksa diadakannya
adu penalti lagi. Kali ini pahlawan Liverpool
adalah penjaga gawang Jerzy Dudek yang
berhasil menepis tendangan penalti terakhir
Andriy Shevchenko.